SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) terus membuktikan komitmennya dalam membuka akses lapangan pekerjaan. Salah satu terobosan yang kini mendapat perhatian publik adalah aplikasi Ayo Kerjo, platform digital yang memuat informasi lowongan kerja secara real time.
Kepala Disnakertrans Jateng, Ahmad Aziz, mengatakan aplikasi ini adalah peremajaan dari sistem e-Makaryo yang sebelumnya dimiliki. “Ayo Kerjo terhubung dengan 35 kabupaten/kota. Semua informasi lowongan, persyaratan, lokasi, hingga cara melamar bisa diakses 24 jam,” ujarnya, Selasa (26/8/2025).
Aziz menjelaskan, aplikasi ini telah diakses lebih dari 799 ribu kali oleh pencari kerja. Dari jumlah itu, tercatat 181 ribu lebih melamar pekerjaan melalui platform ini. “Perusahaan yang terdaftar juga mencapai hampir dua ribu. Artinya, kepercayaan masyarakat dan dunia usaha terhadap sistem ini sangat tinggi,” katanya.
Keberadaan Ayo Kerjo melengkapi program lain seperti job fair besar maupun mini, serta 37 Balai Latihan Kerja (BLK) yang setiap tahun melatih lebih dari 40 ribu orang. Semua upaya ini dirancang untuk memperkecil mismatch antara pencari kerja dengan kebutuhan perusahaan.
Dalam job fair terakhir yang digelar 21–22 Agustus 2025 lalu, tercatat ada 6.650 lowongan dari 43 perusahaan. Antusiasme masyarakat sangat tinggi, dengan 7.212 orang mendaftar, termasuk 22 penyandang disabilitas.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dalam kunjungannya ke Kawasan Industri Kendal menegaskan, serapan tenaga kerja Jateng kini tertinggi nasional. Pada triwulan I 2025, jumlah tenaga kerja terserap mencapai 97.550 orang. “Industri kulit dan alas kaki paling banyak menyerap tenaga kerja, lebih dari 36 ribu orang,” ungkapnya.
Data BPS menunjukkan, keberhasilan ini menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jateng menjadi 4,33 persen pada Februari 2025, turun dari 4,39 persen tahun sebelumnya.
Selain menekan pengangguran, dampak lain yang dirasakan adalah tumbuhnya ekonomi informal di sekitar kawasan industri. “Ketika ada pekerja, tumbuh warung, kos-kosan, hingga transportasi. Multiplier effect ini memperkuat ekonomi masyarakat,” kata Luthfi.
Pencari kerja seperti Siska Nur Ramadhani mengaku terbantu dengan job fair dan aplikasi. “Saya bisa langsung wawancara dan menunggu hasil. Semoga semakin banyak kesempatan seperti ini,” katanya.
Menurut Aziz, tantangan terbesar tetap ada pada edukasi masyarakat agar tidak pilih-pilih pekerjaan. “Kami sudah buka akses, tinggal kesiapan SDM yang harus terus ditingkatkan,” tutupnya.
Reporter : Ismu Puruhito