Reporter: Raffa Danish
SEMARANG – Upaya mencegah kekerasan pada anak di lingkungan pesantren semakin diperkuat dengan adanya kolaborasi antara Pemprov Jawa Tengah, Kantor Wilayah Kemenag Jateng, UNICEF, dan LPA Klaten. Program “Pesantren Ramah Anak” diluncurkan untuk menjadikan pesantren sebagai lingkungan belajar yang aman dan sehat.
Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin, menyebut program ini penting untuk mempercepat target zero bullying. “Kami ingin semua lembaga pendidikan, termasuk pesantren, terbebas dari perundungan,” ujarnya.
Menurutnya, banyaknya kasus kekerasan anak di Jateng menjadi alasan kuat program ini dijalankan. Dengan lebih dari 5.000 pesantren dan 500 ribu santri, pencegahan harus dilakukan secara sistematis.
Kanwil Kemenag Jateng sudah membentuk Satgas khusus untuk menangani kekerasan di pesantren. “Satgas ini dikukuhkan langsung oleh Wagub dan siap bekerja sama dengan pemerintah daerah,” kata Kepala Kanwil, Saiful Mujab.
Arie Kurnia dari UNICEF menambahkan, program ini melibatkan semua unsur: pendidik, santri, hingga orang tua. “Kami ingin anak-anak merasa terlindungi dan orang tua punya kepercayaan penuh pada pesantren,” katanya.
Gus Yasin juga meminta agar pihak pesantren transparan bila menemukan kasus kekerasan. “Transparansi akan meningkatkan kepercayaan publik,” tegasnya.
Dalam acara Halaqah Pesantren Ramah Anak, berbagai pihak menandatangani komitmen bersama untuk melaksanakan program ini secara berkesinambungan.
Pemprov Jateng berharap semakin banyak pesantren mendeklarasikan diri sebagai lembaga ramah anak.
Jika program ini berhasil, Jawa Tengah bisa menjadi contoh nasional dalam perlindungan anak berbasis pesantren.